LAPORAN OBSERVASI
PERMASALAHAN
KESEHATAN PENYAKIT CACAR DI PUSKESMAS KABUPATEN BERAU KECAMATAN TANJUNG REDEB
TANGGAL : 23 JANUARI 2017
DISUSUN :
NAMA :SITI AINUN BUDIMAN
NIM :14.16.4257
KELAS :E/KM/II
KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2017
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, yang telah menganugrahkan nikmat iman serta
limpahan barokah kepada saya, sehingga berkesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, yakni suri tauladan ummat hingga menjadi motivasi saya untuk
berkarya melalui ilmu bermanfaat. Tak lupa saya haturkan terima kasih kepada
dosen pembimbing, yang telah memberikan saya pemahaman akan beberapa disiplin
ilmu sehingga saya mempunyai bekal dalam menyelesaikan makalah saya, karena
tanpa bimbingan dosen maka sulit bagi saya untuk bisa menyelesaikan makalah ini
yang membahas tentang ”PERMASALAHAN KESEHATAN PENYAKIT CACAR DI PUSKESMAS KABUPATEN BERAU KECAMATAN TANJUNG REDEB”
Tiada
lagi tujuan saya menyusun makalah ini, kecuali hanya untuk menambah pengetahuan
kita dalam kesehatan dan hukum, saya sediakan makalah ini yang di dalamnya
telah saya bahas secara spesifik tentang PERMASALAHAN KESEHATAN PENYAKIT CACAR
DI PUSKESMAS KABUPATEN BERAU
KECAMATAN TANJUNG REDEB
Saya
berharap dengan hadirnya makalah ini maka akan menambah ilmu pengetahuan kita
dan harapan besar saya semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk saya dan
pembaca semuanya.
Berau, 23 Januari 2017
DAFTAR ISI
LAMPIRAN..............................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
PROFIL
DESA
Letak
geografis dan batas wilayah Kabupaten Berau terdiri dari 52 pulau besar dan
kecil dengan 13 kecamatan, 10 kelurahan, dan 96 kampung atau desa. Ibu kota kabupaten berau adalah kota tanjung redeb. Luas
wilayah kabupaten berau seluas 34.127,47 km , Luas wilayah kabupaten berau
mencakup 13,92% dari luas wilayah kalimatan timur secara keselurahan, dengan
prosentase luas perairan mencapai 28,74.
penduduk jumlah pada tahun 2013 sebesar 193.831 jiwa, dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 103.579 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
90.252 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Berau pada tahun 2013
mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu 1,06 %.
Kabupaten Berau
merupakan salah satu daerah Pintu Gerbang Pembangunan di wilayah Propinsi
Kalimantan Timur Bagian Utara, yang terletak disebelah utara dari Ibukota
Propinsi Kalimantan Timur dan sekaligus merupakan Wilayah Daratan dan Pesisir
Pantai yang memiliki Sumber Daya Alam, dimana wilayah daratan terdiri dari
gugusan bukit yang terdapat hampir disemua kecamatan terutama Kecamatan Kelay
yang mempunyai perbukitan Batu Kapur yang luasnya hampir 100 Km2. Sementara didaerah Kecamatan Tubaan terdapat
perbukitan yang dikenal dengan Bukit Padai.
Daerah pesisir Kabupaten Berau terletak di kecamatan
Biduk-Biduk, Talisayan, Pulau Derawan dan Maratua yang secara geografis
berbatasan langsung dengan lautan. Kecamatan Pulau Derawan terkenal sebagai
daerah tujuan wisata yang memiliki pantai dan panorama yang sangat indah serta
mempunyai beberapa gugusan pulau seperti Pulau Sangalaki, dengan batas wilayah
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Bulungan.
2. Sebelah
Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi.
3. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur.
4. Sebelah
Barat berbatasan dengan Kab. Bulungan dan Kab. Kutai Kertanegara.
Dalam pembagian wilayah pembangunan Kabupaten Berau
memiliki 3 (tiga) wilayah yaitu :
a. Wilayah Pantai yang meliputi : Kecamatan
Biduk-Biduk, Talisayan, Pulau Derawan, Maratua
dan Tubaan.
b. Wilayah Pedalaman yang meliputi : Kecamatan
Segah dan Kecamatan Kelay.
c. Wilayah Kota yang meliputi : Kecamatan Tanjung
Redeb, Gunung Tabur, Sambaliung, Teluk Bayur.
Menurut
jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat di kecamatan tersebut pada tahun
2013. kunjungan puskesmas tanjung
menurut jenis penyakit yang di derita di
kecamatan tanjung redeb tahun
2013 jenis penyakit januari pebruari maret april mei juni penyakit saluran pernafasan atas, penyakit vulnus,
kulit/alergi , diare,penyakit lambung , hypertensi ,saluran pernapasan bawah,
penyakit mata, kulit karena infeksi , penyakit telinga,lainnya.jenis penyakit
juli agustus september oktober november desember di puskesmas tanjung . penyakit saluran,
pernafasan atas, penyakit vulnus (luka), kulit/alergi, diare, penyakit lambung, hipertensi,
saluran pernapasan bawah, penyakit mata, kulit karena infeksi ,penyakit telinga, lainnya sumber : puskesmas tanjung kecamatan tanjung redeb dalam angka 2014.
1.2. LATAR BELAKANG
Cacar air merupakan penyakit yang
sangat menular dan dapat menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi
bakteri pada kulit yang mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang
otak. Orang dewasa yang menderita infeksi cacar air pada umumnya mengalami
gejala yang lebih parah. Cacar air mungkin menimbulkan risiko terhadap bayi
dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil. Infeksi ketika hamil dapat
mengakibatkan kecacatan janin, parut kulit dan masalah lain pada bayi.
Cacar air dapat menyebabkan penyakit
parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia. Sekitar 75% dari masyarakat
menderita infeksi cacar air sebelum usia 12 tahun. Seseorang yang pernah
mengalami cacar air biasanya memiliki kekebalan seumur hidup terhadap penyakit
ini namun penyakit ini bisa kambuh kembali dalam bentuk penyakit lain. Seperti
nama virusnya yaitu varicella-zooster virus, seseorang dapat terjangkit kembali
di kemudian hari bukan dalam bentuk cacar air (varicella), melainkan dalam
bentuk herpes.
Penularan cacar air, sudah dimulai
sebelum timbulnya kelainan kulit, yaitu pada masa inkubasi (24 jam sebelum
erupsi). Ketika mendekati masa sembuh pun, masih berisiko untuk menular.
Menurut penelitian, sekitar 12 hari setelah sembuh, penderita baru “aman”.
Namun, agar lebih aman, sebaiknya tiga minggu setelah sembuh, penderita jangan
melakukan kontak dengan orang lain.
Komplikasi penyakit ini pada anak-anak umumnya jarang timbul. Namun, pada orang
dewasa dapat menimbulkan terjadinya radang otak (ensefalitis), paru-paru
(pneumonia), ginjal (glomerulonefritis), jantung (karditis),
hati (hepatitis), bahkan kematian, jika daya tahan tubuh penderita
sangat buruk.
Seseorang yang pernah mengalami
cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam
tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf
sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali
menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan
penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami
cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung
mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih
dahulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI IKM (Ilmu Kesehatan
Masyarakat)
Kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat. Salah satunya pengorganisasian pelayanan-pelayanan
medis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan. Pengorganisasian dalam
kesehatan masyarakat amatlah penting terutama pada perawatan dan pengobatan.
Pada umumnya masyarakat kurang memperhatikan kesehatan mereka. Mereka cenderung
memperhatikan kesehatan sewaktu mereka merasakan daya tahan tubuh mereka
menurun,
Masyarakat
merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara. Negara yang
makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat yang juga
makmur. Kemakmuran ini didukung oleh banyak faktor. Salah satunya adalah
kesehatan masyarakat di suatu negara tersebut.
Kesehatan
masarakat adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian
masarakat. Salah satunya pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan. (IAKMI , 2012)
World Health
Organization sebagai: aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang
disebabkan oleh faktor-faktor dalam lingkungan. Hal ini juga mencakup pada
teori dan praktek dalam menilai dan mengendalikan faktor-faktor dalam
lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi kesehatan. Kesehatan lingkungan
mencakup efek patologis langsung bahan kimia, radiasi dan beberapa agen
biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di bidang kesehatan dan
kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, sosial dan estetika lingkungan
termasuk perumahan, pembangunan perkotaan, penggunaan lahan dan transportasi.
(Pirenaningtyas, 2007)
Kontribusi
lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di
samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat. (Pirenaningtyas, 2007)
Salah satu faktor dalam lingkungan yang
menyebabkan aspek-aspek kesehatan manusia terganggu dan munculnya penyakit
adalah tingkat kesadaran masyarakat di suatu daerah tempat mereka tinggal.
Faktor kurangnya kesadaran dapat mempengaruhi respon masyarakat terhadap
lingkungan sekitarnya.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat baik individu maupun masyarakat
(Hendrik L.Blum) ialah Lingkungan, Perilaku, Pelayanan kesehatan, dan
Genetik/keturunan.
Permasalahan penyakit yang
ditemukan :
Varisela merupakan salah satu penyakit infeksi virus
yang self limiting ringan dengan tingkat penularan sangat tinggi dan cepat
serta kadang menimbulkan komplikasi. Penyakit ini menular melalui percikan
ludah, kontak langsung, barang yang dipakai penderita dan udara ( air-borne ).
Varisela terutama menyerang anak-anak kurang dari 10
tahun, dengan angka serangan tertinggi pada usia 2 – 6 tahun, namun dapat juga
menyerang pada orang dewasa, serta bayi baru lahir bahkan pernah dilaporkan
varisela congenital. Penyebab penyakit ini merupakan virus yang termasuk dalam
golongan Herpes Virus, yaitu Varicella Zoster Virus (VZV) dan akan meninggalkan
kekebalan atau imunitas yang permanen, kecuali pada penderita leukemia,
sementara mendapat terapi imunosupresif atau penyakit imunodefisiensi.
Pencegahan terhadap infeksi virus varisela dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi, baik aktif maupun pasif.
Varisela adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan
menular, yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus ( VZV ) dan menyerang kulit
serta mukosa, ditandai oleh adanya vesikel – vesikel. Penyakit ini pertama kali
dilaporkan oleh Heberden pada tahun 1767 dan tahun 1875 Steiner dapat
menginokulasikan virus varisela kepada sukarelawan (Rampengan, 2005).
Pada tahun 1888 Von Bokay pertama kali melaporkan
adanya hubungan antara penyebab varisela dan herpes zoster. Pada tahun 1922,
Kundraitz melakukan percobaan dengan mengambil cairan vesikel dari erupsi
zoster yang khas dan diinokulasikan, ternyata menimbulkan suatu erupsi, baik
lokal maupun generalisata seperti pada varisela (Rampengan, 2005).
Paschen ( 1917 ), menemukan adanya inclusion bodies
dalam cairan vesikel dan menyebutnya sebagai penyebab varisela adalah virus dan
Willer (1953) menemukan pertumbuhan virus varisela dan zoster pada kultur
jaringan manusia dan didapatkan bahwa virus varisela identik dengan virus
zoster (Rampengan, 2005).
Waktu inkubasi untuk cacar air adalah 10 sampai 21
hari, diikuti dengan ruam berbintik merah, yang kemudian menjadi lepuh dalam
waktu beberapa jam. Bintik-bintik ini biasanya timbul di badan, muka dan bagian
tubuh yang lain. Banyak orang yang menderita infeksi cacar air mengalami demam
dan merasa kurang sehat dan merasa gatal. Siapapun yang belum pernah menderita
cacar air dapat terjangkit penyakit ini dan yang sudah pernah menderita
penyakit ini dianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin.
Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksi cacar
air sebelum usia 12 tahun. Penyakit ini punya gejala yang khas, muncul biasanya
di tubuh bagian tengah, kemudian ke kepala dan tangan serta kaki. Keluhannya
mula-mula timbul gatal dan muncul gelembung kecil-kecil seperti jerawat yang
disebut vesikel. Bila tidak sampai pecah, kelainan kulit ini dapat
sembuh sempurna tanpa bekas. Masa penyerangan virus ini adalah 10 – 21
hari (2 – 3 minggu), dan menyebar melalui jalur udara, melalui mekanisme
droplet (butiran mikroskopik) yang berasal dari saluran napas seseorang yang
terinfeksi penyakit ini kepada orang lain. Penyakit ini juga dapat menular
melalui kontak langsung dengan cairan dalam gelembung di kulit penderitanya.
Seseorang yang pernah mengalami cacar air biasanya memiliki kekebalan seumur
hidup terhadap cacar air namun penyakit ini bisa kambuh kembali dalam bentuk
penyakit lain. Seperti nama virusnya, varicella-zooster virus, seseorang dapat
terjangkit kembali di kemudian hari bukan dalam bentuk cacar air (varicella),
melainkan dalam bentuk herpes (Robbins dkk, 1992).
Penyakit ini jarang berakibat fatal, dan sering lebih
berat gejalanya pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Wanita hamil dan
orang-orang yang memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya memiliki
resiko komplikasi serius yang lebih besar. Seseorang yang menderita penyakit
ini dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain sejak hari pertama hingga
hari ke lima sebelum munculnya bisul – bisul kecil berisi cairan di kulit.
Kelainan kulit pada penyakit ini dimulai dengan benjolan kemerahan kecil-kecil
berdiameter 2 – 4 mm yang tepinya tidak rata. Dari puncak benjolan itu kemudian
muncul lapisan tipis berisi cairan seperti tetesan embun.. Tampilan ini
adalah ciri khas cacar air. Kira-kira dalam 8 – 12 jam kemudian cairan jernih
dalam benjolan tadi akan berangsur-angsur menjadi keruh, kemudian dinding
tipisnya akan kempis, dan akhirnya meninggalkan bekas luka.
Penyebab masalah
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari
tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran
terhadap orang yang dipengaruhinya. Penyakit adalah keadaan yang bersifat
objektif sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat subjektif. Seseorang
yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit, sebaliknya tidak jarang
ditemukan seseorang yang selalu mengeluh sakit padahal tidak ditemukan penyakit
apapun pada dirinya.
Proses
terjadinya penyakit sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa
Galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena
adanya faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan
Pemeriksaan
serologis untuk mendeteksi imunitas terhadap Varicella Zoster Virus
dapat dengan :
- Complement Fixation Test (CF)
- Fluorescent Antibody to
Membrane Antigen ( FAMA )
- Enzyme Linked Immunosorbent
Assay ( ELISA )
- Immune Adherence
Haemagglutination (IAHA)
DIAGNOSIS
Diagnosis
biasanya sudah dapat ditegakkan dengan anamnesis dan gambaran klinis yang khas
berupa :
- Timbulnya erupsi papulo
vesikular yang bersamaan dengan demam yang tidak terlalu tinggi.
- Perubahan-perubahan yang cepat
dari makula menjadi papula kemudian menjadi vesikel dan akhirnya menjadi
krusta.
- Gambaran lesi berkelompok
dengan distribusi paling banyak pada tubuh lalu menyebar ke perifer, yaitu
muka, kepala, dan ektremitas.
- Membentuk ulkus putih keruh
pada mukosa mulut.
- Terdapat gambaran yang polimorf
(Rampengan, 2005).
KOMPLIKASI
Komplikasi
varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang dewasa.
- Infeksi sekunder
Infeksi
sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan menyebabkan selulitis,
furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok umur dibawah 5
tahun. Dijumpai pada 5-10 % anak. Adanya infeksi sekunder bila manifestasi
sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari atau bahkan memburuk.
- Otak
Komplikasi
ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. Acute postinfectious
cerebellar ataxia merupakan komplikasi pada otak yang paling banyak
ditemukan ( 1: 4000 kasus varisela ). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya pada 2-3
minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai dari yang
ringan sampai berat, sedangkan sensorium tetap normal walaupun ataxia berat.
Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa aanak dapat mengalami
inkoordinasi atau dysarthria.
Ensefalitis dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela
dan memberikan gejala ataksia serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3
sampai hari ke-8 setelah timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal.
- Pneumonitis
Komplikasi
ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus, imunodefisiensi,
dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi umur 13 hari dengan komplikasi
pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari.
Gambaran
klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk, sesak napas, dan
kadang-kadang sianosis serta hemoptoe. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan
gambaran nodular yang radio-opak pada kedua paru.
- Sindrom Reye
Komplikasi
ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala yaitu nausea dan vomitus,
hepatomegali, dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGPT dan
SGOT serta ammonia.
- Hepatitis
Dapat
terjadi komplikasi ini tetapi jarang.
- Komplikasi lain
Seperti
arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis (Rampengan, 2005)
Penderita
perlu dikonsultasikan kepada spesialis bila dijumpai adanya gejala-gejala
berikut :
- Varisela yang progresif atau
berat
- Komplikasi yang dapat mengancam
jiwa seperti pneumonia, ensefalitis.
- Infeksi bakteri sekunder yang
berat terutama dari golongan grup A Streptococcus yang dapat memicu
terjadinya nekrosis kulit dengan cepat serta terjadi toxic shock
syndrome.
- Penderita dengan komplikasi
berat perlu dirawat di Rumah Sakit atau bila perlu ICU.
- Indikasi rawat di ICU/NICU
antara lain :
- Penurunan Kesadaran
- Kejang
- Sulit jalan
- Gangguan pernapasan
- Sianosis
- Saturasi oksigen menurun
- Semua neonatus lahir dari ibu
yang menderita varisela kurang dari 5 hari sebelum melahirkan atau 2 hari
setelah melahirkan (Rampengan, 2005).
PENGOBATAN
Pengobatan
varisela adalah simtomatik dengan :
- Obat topikal
- Antipiretik atau analgetik
- Antihistamin
- Obat anti virus
- Diet yang adekuat ( Robbins,
1992).
Obat topikal
Pengobatan
lokal dapat diberikan kalamin lotion atau bedak salisil 1 %.
Antipiretik
atau analgetik
Biasanya
dipakai aspirin, asetaminofen, ibuprofen
Antihistamin
Golongan
antihistamin yang dapat digunakan, yaitu diphenhydramine, tersedia dalam bentuk
cair ( 12,5 mg/5 ml), kapsul (25 mg/50 mg) dan injeksi (10 dan 50 mg/ml). Dosis
5 mg/kg/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian.
Obat anti
virus :
Vidarabin
Vidarabin
adalah obat anti virus yang diperoleh dari fosforilase dalam sel dan dalam
bentuk trifosfat, menghambat polimerase DNA virus.
Dosis 10-20
mg/kg BB/hari, diberikan sehari dalam infus selama 12 jam, lama pemberian 5-7
hari. Pada pemberian vidarabin, vesikel menghilang secara cepat dalam 5 hari.
Efek samping
:
- Gangguan neurologi berupa
tremor, kejang.
- Gangguan hematologi berupa
netropenia, trombositopia
- Gangguan gastrointestinal
berrupa muntah serta peninggian SGPT dan SGOT.
Asiklovir
Asiklovir
merupakan salah satu antivirus yang banyak digunakan akhir-akhir ini. Asiklovir
lebih baik dibandingkan dengan vidarabin. Obat ini bekerja dengan menghambat
polimerase DNA virus Herpes dan mengakhiri replikasi virus. Obat ini dapat
mengurangi bertambahnya lesi pada kulit dan lamanya panas, bila diberikan 24
jam mulai timbulnya rash.
Pada anak
kecil yang tanpa komplikasi, penggunaan obat ini kurang bermanfaat dan tidak
direkomendasikan secara rutin sehingga asiklovir lebih banyak digunakan pada
penderita dengan komplikasi atau penderita dengan gangguan imunitas.Obat ini
tidak mengurangi rasa gatal pada kulit, komplikasi, atau penularan sekunder.
Dosis 5-10
mg/kg BB dibagi dalam 4-5 dosis per hari, dapat diberikan secara oral atau tiap
8 jam selama 5-7 hari. Dengan dosis jangan melebihi 3200 mg/hari.
Efek samping
:
Gangguan
ginjal berupa renal insufisiensi, malaise, dan gangguan pencernaan.
PENCEGAHAN
Pencegahan
terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara imunisasi pasif
atau aktif.
- Imunisasi Pasif
Imunisasi
ini diberikan kepada kelompok penderita risiko tinggi setelah kontak dengan
varisela. Pemberiannya dapat sesegera mungkin, tetapi bila diberikan dalam
waktu 96 jam pascakontak, dapat juga mencegah atau mengurangi penyakit
varisela.
Dosis Zoster
Imunoglobulin (ZIG) : 0,6 ml/kg BB intramuskular diberikan 72 jam setelah
kontak.
Indikasi
pemberian Zoster Imunoglobulin adalah :
- Neonatus yang lahir dari ibu
menderita varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah melahirkan.
- Penderita leukemia atau limfoma
terinfeksi varisela yang sebelumnya belum divaksinasi.
- Penderita HIV, atau gangguan
imunitas lainnya.
- Penderita sedang mendapat
pengobatan imunosupresan seperti kortikosteroid.
- Imunisasi Aktif
Vaksin
varisela merupakan vaksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari OKA Strain
dengan efek imunogenisitas tinggi dan tingkat proteksi cukup tinggi berkisar
71-100% serta mungkin lebih lama.
Dapat
diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk
penderita pasca kontak dapat diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam dengan
maksud sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit.
Dosis yang
dianjurkan adalah 0,5 ml subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata cukup aman.
Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya proteksi yang sama dan efek
samping hanya berupa rash yang ringan. Efek samping biasanya tidak ada, tetapi
bila ada biasanya bersifat ringan (Rampengan, 2005).
TEORI EKOLOGI LINGKUNGAN
1.
Model Gordon
Teori ini di
kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai
dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit
pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang
pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni Lingkungan
(Environment). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni Agen
(Agent) dan Pejamu (Host). Dalam model ini A, P, L dianggap sebagai tiga
elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat
ataupun sakit, dimana :
A =
agent/penyebab penyakit
P =
host/populasi berisiko tinggi, dan
L =
lingkungan
Interaksi di
antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap
elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat,
seperti gambar di bawah ini :
Sebaliknya,
apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan
tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model
gordon ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di
masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi
terhadap permasalahan yang ada.
Dalam
pandangan epidemiologi klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic
triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit yang di
gambarkan sebagai berikut :
Konsep ini
bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan
unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat
pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan
memperluas pengertian agen.
2. The Wheel of Causation (Teori Roda)
Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda.
Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya
dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi pejamu. Ukuran komponem roda bersifat
relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada
penyakit herediter tentunya proporsi inti genetik relatif besar, sedang
penyakit campak status imunitas pejamu dan biologik lebih penting daripada
faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam
hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis
lebih besar.
Seperti
halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan
tidak begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan antara
manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing
lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Teori ini
merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan
lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang
memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan
yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial
dan fisik.
Besarnya
komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang
menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik
relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik
relatif kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi
lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong pemisahan
perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna
untuk analisa epidemiologi.
3.
The Web of Causation (Jaring-jaring Sebab Akibat)
Teori
jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970).
Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini
menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor.
Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan
sosial memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut
model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat.
Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan
memotong mata rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari
penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu.
Contoh:
Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana
banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan
penyakit.
Beberapa
dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang
lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat
dimanipulasi.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL OBSERVASI
Dari observasi yang saya lakukan di
Puskesmas Bara-baraya Makassar tahun 2016 yaitu pada hari senin tanggal 11
januari 2016. Dan hasil observasi yang saya lakukan yang meneliti tentang
penyakit cacar air (Varisela) pada anak – anak.
Dari beberapa penyakit yang saya
temukan di Puskesmas Bara – baraya saya memilih penyakit Varisela karena dari
beberapa penyakit yang saya temukan di Puskesmas Bara – baraya Makassar
penyakit Varisela lebih banyak atau dominan di derita oleh pasien dari puskesma
Bara – baraya. Karena penyakit cacar air (Varisela) adalah penyakit menualr
sehingga banyak juga penderita penykit varisela yang terjdi pada balita umur
dibawah 3 tahun.
Pembahasan kali ini saya akan
membahas dengan teori roda atau The Wheel of Causation. Penyakit varisela (cacar air) merupakan
penyakit menular Sehingga menjadi alasan saya untuk membahas penyakit varisel (cacar air) dengan
menggunakan teori ekologi lingkung aitu TEORI RODA.
TEORIA
RODA ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelasakan kosep berbagai
permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit.
Hal ini sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit.
model roda memerlukan identifikasi
dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung
pada penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain
untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada
satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya.
Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor
yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik. Pada model roda, mendorong
pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang
berguna untuk analisa epidemiologi.
Dari observasi yang saya lakukan di
Puskesmas Bara – Baraya Makassar ini saya mendapatkan penyakit cacar banyak
terjadi pada anak dibawah usia 6 tahun. Faktor yang mempengaruhi penyakit
varisela ini adalah lingkungan. Dalam wawancara yang saya lakukan oleh ibu Ami
penyakit cacar ini banyak terjadi pada anak – anak di sekitar rumahnya.
Penyakit varisela (cacar air) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus, dan pada daerah lingkungan di sekitar rumah ibu Ami belum banyak yang
mengetahui tentang perilaku hidup sehat sehingga banyak yang terkena penyakit.
Dari hal ini menjadikan teori roda menjadi alasan saya untuk mengetahui ekologi
di lingkungan.
Host
Host
atau penajmau ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga menjadi faktor
risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik.
Factor penjamuyang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit
sebagai berikut :
1.
Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk
terkena penyakit karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
2.
Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar
gondok, kolesistitis, diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta
kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang
hanya terjadi pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti
hipertensi, jantung, dll.
3.
Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda
kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
4.
Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang
menurun seperti hemofilia, buta warna, sickle cell anemia, dll.
5.
Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
6.
Bentuk anatomis tubuh
7.
Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8.
Keadaan imunitas dan respons imunitas
9.
Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan
sosial dari host sendiri
Dalam
hal ini yang menjadi Host adalah Aisyah yang sebagai penjamu dari virus
varizela.
BIOLOGICAL ENVIRONMENT
Faktor
lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit,
hali ini Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut dengan faktor
ekstrinsik. Lingkungan Biologis Mikroorganisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi . Vektor
pembawa penyakit virus, bakteri, sebagai sumber bahan makanan, obat dan lain yang disebabkan oleh berbagai
unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro organisme (virus,
bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan
makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang
disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon
monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan
oleh panas, benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan
heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok,
alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan,
persalinan, dll.
Dalam
hal ini yang menjadi faktor biological environment atau faktor lingkungan
bilogi adalah virus varizela sendiri atau disebut dengan Varizella Zoster
Virus.
ENVIRONMENT PHYSICAL
Environment
physical atau lingkungan fisik juga menjadi faktor dari ekologi kesehatan. Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini
dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup
dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.
Dalam
hal ini faktor lingkungan fisik atau ENVIRONTMENT PHSICAL yang mempengaruhi
penyakit varizella adalah udara, air, maupun kontak langsung dengan orang yang
terkena penyakit cacar. Hal ini terjadi karena penularan penyakit varizella
biasanya di tularkan melalui udara, air yang telah terkontaminasi dengan
varizella zoster virus, dan kontak langsung dengan psient varizella dan terkena
percikan dari tubuh pasient ke tubuh yang lain.
SOCIAL ENVIRONTMENT
Faktor sosial Yang
termasuk dalam faktor lingkungan soial adalah sistem berperilaku sosial
terhadap lingkungan yang berlaku untuk mengacu pada kondisi sosil sesorang dan berdampak pada perilaku yang akan
berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah
yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah
keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat,
kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
Dalam hal ini
lingkungan social sangat berpengaruh bagi terjadinya penyakit varizella.
Lingkungan yang terjadi pada daerah rumah Aisyah sedang banyak terjangkit
penyakit varizella dan lingkungan yang kurang sehat juga sebagai faktor
terjangkitnya suatu penyakit.
BAB IV PENUTUP
·
KESIMPULAN
Varisela
merupakan salah satu penyakit infeksi virus yang self limiting ringan dengan
tingkat penularan sangat tinggi dan cepat serta kadang menimbulkan komplikasi.
Penyakit ini menular melalui percikan ludah, kontak langsung, barang yang
dipakai penderita dan udara ( air-borne ).
Virus
varisela masuk ke dalam tubuh umumnya melalui saluran pernapasan dan
berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas, virus pada umumnya
bereplikasi dalam kelenjar limfe regional, 4-6 hari kemudian mulai terjadi
viremia dan menyebar melalui peredaran darah masuk ke dalam organ
reticuloendothelial seperti limfa, hepar. Setelah seminggu terjadi lagi viremia
kedua, saat virus mulai menyebar masuk ke dalam visera dan kulit, dan berakhir
dengan manifestasi lesi pada kulit yang khas. Virus juga menyebar ke saluran
pernafasan. Infeksi pada susunan saraf pusat atau hepar juga terjadi pada saat
ini.
Transmisi
atau penularan penyakit varisela dilaporkan melalui banyak cara. Penularan
dapat dengan :
- Kontak langsung
- Percikan ludah atau melalui
udara sehingga menyebabkan penyakit ini sangat menular walaupun sebelum
rash timbul.
- Papul dan vesikel tetapi bukan
krusta, mengandung populasi virus cukup tinggi.
- Transplasental.
Pencegahan
terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara imunisasi pasif
atau aktif.
-
Imunisasi
Pasif
Imunisasi
ini diberikan kepada kelompok penderita risiko tinggi setelah kontak dengan
varisela. Pemberiannya dapat sesegera mungkin, tetapi bila diberikan dalam
waktu 96 jam pascakontak, dapat juga mencegah atau mengurangi penyakit
varisela.
-
Imunisasi
Aktif
Dapat
diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk
penderita pasca kontak dapat diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam dengan
maksud sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit.
SARAN
- Bagi penderita cacar berikan
makanan penuh dan jangan dibatasi
- Kadang-kadang penderita
mengalami anoreksia, sebaiknya dimotivasi banyak minum untuk
mempertahankan status hidrasi. Cairan yang cukup sangat diperlukan bila
penderita diberikan Asiklovir, karena obat ini dapat berkristalisasi
dalam tubulus renalis bila penderita dalam keadaan dehidrasi.
- Tidak perlu membatasi
aktivitas pada penderita tanpa komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
-
Http : //
www. menkokesra.go.id . 2007 . Perkembangan penyakit cacar di Indonesia.
Diakses Pada Tanggal 11 Oktober 2009.
-
Http : //
www. spiritia .or .id . 2007 . Waspadai penyakit cacar. Diakses Pada
Tanggal 11 Oktober 2009.
-
Rampengan,
T.H. 2005. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi ke-2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
-
Robbins,
Stanley dkk. 1992. Patologi I Edisi 4. EGC, Surabaya.
-
Robbins,
Stanley dkk. 1995. Patologi II Edisi 4. EGC, Surabaya
-
Budiarto,
eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran egc
-
Arsip
mata kuliah fkm unhas 2006
-
Murti,
Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
-
Rajab,
Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
-
Soemirat,
Juli. 2010. Epidemiologi, Wabah Penyakit, Lingkungan, Sumber Daya Alam. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press.
-
Timmreck,
Thomas C. 2001. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
-
Azwar,
Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi Edisi Pertama. Jakarta : Bina Putra
Aksara.
-
Budiarto,
Eko dan Dewi Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
-
Budioro, B.
2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
-
Chandra,
Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
-
Kasjono,
Heru Subaris. 2008. Intisari Epidemiologi. Jogjakarta : Mitra Cendekia.
-
Kasjono,
Heru Subaris, dkk. 2006. Manajemen Epidemiologi. Yogyakarta: Media
Pressindo
LAMPIRAN